Sabtu, 07 November 2009

Bergunakah keberadaan “Emosi” dalam diri manusia….??

Keberadaan “Emosi” pada diri seorang manusia merupakan suatu fitrah baginya, Sebagai sesuatu yang Wajar yang sifatnya Niscaya / Pasti ada pada manusia, maka setiap orang mempunyai apa yang namanya Emosi itu. Secara pribadi hal itu bisa kita amati pada diri sendiri molai dari bangun tidur pada pagi hari sampai tidur lagi pada malam hari (bahkan pada orang lain). Dari proses bagung tidur sampai tidur lagi kita mengalami macam-macam pengalaman yang menimbulkan berbagai emosi. Misal pada saat makan pagi bersama keluarga kita merasa gembira atau dalam perjalanan menuju kampus kita merasa jengkel karena hujan, becek ga’ ada ojek. Sudah itu pas sampai kampus kita merasa malu karena datang terlambat dan seterusnya dan seterusnya. Semua hal itu (baik Gembira, Mutung/Jengkel) pada dasarnya marupakan wujud emosi kita. Lantas apakah emosi itu?.

Menurut William James, “Emosi adalah kecenderungan untuk memiliki perasaan yang khas bila berhadapan dengan objek tertentu dalam lingkungannya”. Sedang Menurut Crow & Crow, Emosi adalah “sesuatu yang bergejolak dalam diri individu yang berfungsi sebagai inner adjustment terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan”.

Berangkat dari sampel definisi terhadap “Emosi” yang diungkapkan oleh tokoh psikologi William James, Crow & Crow dapat kita tarik sebuah kesimpulan bahwa emosi tidak selalu jelek (Mutung, Nesu, Ngamuk, atau apalah..???) Karena ternyata, Emosi itu tidak lain merupakan “suatu keadaan yang ditimbulkan oleh situasi tertentu / khusus dan cenderung ketika emosi itu muncul/terjadi akan sangat berkaitan dengan perilaku yang mengarah terhadap sesuatu hal (ekspresi Emosi)”.

Sudah sampai sini saya mau Tanya dulu: sudah sepakat dan bias diterima belum makna “Emosi” seperti yang saya sampaikan diatas….??
Kalau sudah satu frem, Lantas adakah manfaat dari “Emosi”…???
Jika kita tinjau menurut beberapa pendapat, maka sedikitnya ada beberapa macam Emosi (saya tekankan untuk yang berpengaruh secara luas/bias dirasakan dan diketahui orang lain):
1. Emosi adalah pembangkit energi.
Tanpa emosi kita tidak sadar akan perasaan kita sendiri (meski terkadang ketika emosi negative mencuak-cuak dalam diri kita, seringkali kita juga tidak sadar pada realitas social) namun yang jelas ketika kita sudah tidak lagi memiliki ekpresi perasaan maka yang tergambar dalam benak saya (penulis sendiri) hidup kita menjadi tidak berwarna dan tidak memiliki nuansa manusia secara fitrahnya yang mampu merasakan senang, sakit hati, dll. Hidupnya seperti mati, karena “hidup berarti merasai, mengalami, bereaksi, dan bertindak”. Karena dengan ke-Lima hal itulah (minimal) mampu membangkitkan atau memobilisasi energi kita, Marah (semisal) ternyata mampu menggerakan kita untuk menyerang. Takut menggerakan kita untuk lari, mencari titik aman. Cinta mendorong kita untuk mengasihi, menyayangi, menghargai, menghormati, dan menjaga.

2. Emosi sebagai Messenger.
Maksudnya adalah emosi ternyata dapat juga berperan sebagai pembawa informasi. Bagaimana diri kita atau apa sesungguhnya sesungguhnya yang terjadi pada objeh (person) ini..?? contoh pertanyaan yang bias dijawab atau minimal sedikit dapat diketahui dari emosi kita. Jika marah berarti ada yang membuat jengkel pada kita, jika sedih berarti kita sedang kehilangan sesuatu yang kita senangi dll.

Namun ada manusia yang dengan lihainya mampu memainkan emosi. Sehingga ketika sedih sekalipun ia mampu tersenyum (meski pastinya berbeda dengan senyum yang tulus). Lantas apa yang dapat dijadikan tolak ukur untuk menghadapi orang macam ini…??
Susah memang, tapi adakalanya manusia tidak dapat menyembunyikan sifat aslinya, dan yang dapat kita lakukan untuk tau hal itu ya,, mengamati sejalan dengan perkembangan waktu. Itu saja saya piker, waktu yang akan menunjukkan fakta sebenarnya.

Tidak sampai disitu, ternyata Emosi bukan saja sebagai pembawa informasi dalam komunikasi intra personal. Berbagai penelitian membuktikan bahwa unkapan emosi dapat dipahami secara universal. Dalam retorika diketahui bahwa pembicara yang menyertakan seluruh emosi dalam pidato dipandang lebih hidup, nyaman dan meyakinkan.

Emosi juga memberikan informasi tentang keberhasilan kita. Kita mendambakan kesehatan dan mengetahiunya ketika kata merasa sehat. Kita mencari keindahan dan mengetahui bahwa kita memperolehnya ketika kita merasakan kenikmatan estetis dalam diri kita.
Jika kembali pada pertanyaan diatas, saya sendiri menyatakan “Emosi” itu berguna, dan jangan sampai dihilangkan secara keseluruhan dari dalam diri manusia. Karena menghilangkan secara keseluruhan berarti sama saja membunuh karakteristik identitas fitrah manusia. Hanya saja yang perlu digaris bawahi adalah pengendalian terhadap emosi tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label