Rabu, 15 Desember 2010

Penciptaan Perempuan dari Tulang Rusuk, (Antara Implikasi dan Problem Pemaknaan)

Dalam panggung sejarah kemanusaan didunia ini, proses dehumanisasi terhadap perempuan sering sekali ikut tertoreh didalamnya. Bukan hanya pada masa lampau, bahkan hingga sekarang kondisi tersebut masih dapat kita saksikan. 

Sebagai contoh, di Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim kaum perempuan masih seringkali diletakkan sebagai second class. Hal itu terbukti dari apresiasi terhadap kaum perempuan yang belum sepenuhnya tercermin dalam pola prilaku masyarakat terhadap kaum hawa ini.

Fenomena diatas menjadi menarik untuk diperhatikan. Mengapa bisa muncul istilah second class terhadap kaum perempuan di negri yang nota benenya “Mayoritas Islam”?.

Padahal kita dapat lihat bagaimana letak perempuan dan laki-laki dalam tataran normatif-idealis islam yang sangat dipandang sejajar. Atau mungkinkah adanya istilah second class terhadap kaum perempuan itu justru muncul karena pemahaman terhadap sumber ajaran suci sendiri…?

Pandangan dunia dan ideologi manusia berkaitan erat dengan pandangan dunia dan ideologi yang disodorkan oleh agama yang dipeluknya. Dalam berbagai hakikat wujud dan substansi yang dimilikinya, pemeluk suatu agama mempunyai perspektif terhadap agama berupa serapan pikiran atas apa yang dibaca atau didengarnya. 

Ketika proses penerimaan kebenaran terhadap konsep agama tidak dibarengi dengan koreksi dan kritik maka kemungkinan kesalahan memperspektifkan berbagai subtansi wujud akan semakin melebar. Menarik untuk coba kita telusuri beberapa keterangan dalam agama Islam khususnya tentang perempuan.

Misalnya, “Hadis tentang penciptaan perempuan dari tulang rusuk laki-laki” merupakan salah satu dasar teologis yang seringkali dituding memiliki sumbangsi besar dalam memarjinalkan kaum perempuan. Penciptaan perempuan yang penulis maksudkan disini tentu saja bukan penciptaan yang selanjutnya, karena penciptaan selanjutnya dalam pandangan penulis itu sudah cukup jelas.

Hadis tersebut intinya berbicara seperti ini; ”Sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk, dan yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah bagian paling atas. Oleh karenanya jika kamu paksa untuk meluruskannya, dia akan patah, dan sebaliknya jika kamu biarkan dia akan bengkok” .

Umumnya, para ulama abad klasik menafsirkan hadis ini sebagaimana makna yang tertulis secara leterlek dalam hadis tersebut. Efek dari pemahaman yang seperti itu menjurus pada opini yang pada mulanya menyatakan bahwa Hawa itu diciptakan oleh tuhan dari tulang rusuknya Adam, dikemudian hari pemaknaan itu berkembang sehingga wanita yang hanya bagian dari tulang rusuk laki-laki dianggap lebih rendah kedudukannya.

Hadis lain yang senada dengan makna hadis diatas adalah: “Saling pesan-memesanlah untuk berbuat baik kepada perempuan, karena mereka diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok”. (H.R at-Tirmidzi dari Abu Hurairah ).

Sama seperti hadis senada diatasnya, Hadis di atas juga dipahami oleh sebagian ulama-ulama terdahulu secara harfiah, dan ujung dari pemaknaan seperti itu ialah diskriminasi gender. Namun beberapa ulama kontemporer memahaminya secara metafora, bahkan ada yang menolak keshahihan hadis tersebut. 

Golongan feminism yang memahami secara metafora berpendapat bahwa hadis di atas memperingatkan para laki-laki agar menghadapai perempuan dengan bijaksana, karena ada sifat, karakter dan kecenderungan mereka yang tidak sama dengan laki-laki. 

Bila tidak disadari akan mengantarkan kaum laki-laki bersikap tidak wajar, mereka juga tidak akan mampu mengubah karakter dan sifat bawaan perempuan, kalau pun mereka berusaha akibatnya akan fatal, sebagaimana fatalnya meluruskan tulang rusuk yang bengkok.

Alamah Thabathaba’i (ra) dalam tafsirnya al-Mizan menulis, bahwa ayat di atas menegaskan bahwa: “Perempuan (istri Adam) diciptakan dari jenis yang sama dengan Adam, dan ayat tersebut sedikitpun tidak mendukung paham sementara mufasir yang beranggapan bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk Adam. Kita dapat berkata, bahwa tidak ada satu petunjuk yang pasti dari ayat al-Qur’an yang dapat mengantarkan kita untuk mengatakan bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk, atau bahwa unsur penciptaannya berbeda dengan laki-laki”. 

Dalam sebuah pelatihan ulama perempuan, KH. Husein Muhammad mengungkapkan kritik terhadap teks-teks hadis Kitab Syarh 'Uqud al-Lujjayn Syekh Nawawi Banten (1230-1314H/1813-1897M). Ummi Dzikriyati, seorang muballigah muda, peserta dari Meulaboh Nanggroe Aceh Darussalam merasa sakit ketika mendengar ada teks-teks hadis yang tidak ramah perempuan dan menyatakan ketidak-setujuannya atas pengungkapan hadis-hadis tersebut. 

Menurutnya, teks-teks hadis seperti ini tidak perlu lagi disebarkan ke masyarakat, tidak perlu dibahas, atau diungkapkan. Ia menyarankan untuk langsung memperkuat masyarakat, termasuk para ulama, da'i dan muballighah dengan teks-teks hadis yang mendudukkan perempuan secara setara dengan laki-laki, memberdayakan dan memuliakan. “Ini lebih membangkitkan semangat kami”, Ummi mengakhiri komentarnya terhadap presentasi KH Husein Muhammad .

Aisyah bint Abi Bakr ra., isteri tercinta Nabi Muhamnmad saw, dalam merespon hadis yang merendahkan perempuan, beliau pernah menggunakan metode kritik antar teks. Sekalipun bisa jadi hadis tersebut secara “riwayat sanad” adalah Valid atau Sahih. Namun jika bertentangan dengan teks lain yang kedudukannya lebih tingggi “semisal al-Qur’an, tentusaja keshahihan Suatu hadis jadi dipertanyakan ulang.

Ada suatu contoh menarik dari Hadis yang diriwayatkan oleh Abi Hurairah ra. Yang intinya mengatakan bahwa perempuan itu salah satu sumber kesialan, perempuan itu bisa membatalkan shalat seseorang jika lewat di hadapannya, perempuan yang baik akan masuk neraka hanya karena tidak memberi makan kucing peliharaannya. Contoh lagi hadis Ibn Umar ra. mengenai keharusan perempuan ketika mandi janabah untuk mengurai seluruh rambutnya yang dikepang, dan lain-lain. Teks-teks hadis ini ditolak Aisyah, dengan menghadirkan ayat-ayat Alquran dan teks-teks hadis lain yang disaksikannya sendiri.

Dalam perkembangannnya kedepan (baca: Saat ini) Metode seperti ini juga yang dipakai oleh Riffat Hasan, seorang intelektulal muslim feminis dari Pakistan, dalam menolak beberapa teks hadis yang misoginis. Salah satu sasaran teks tersebut adalah teks Hadis mengenai penciptaan perempuan dari tulang rusuk yang bengkok. Penolakan ini didasarkan pada pernyataan Alquran yang lebih tegas, bahwa penciptaan manusia itu dari entitas yang satu (nafs wahidah), baik laki-laki maupun perempuan (QS. An-Nisa, 4: 1).

Di samping karena teks-teks hadis yang terkait isu itu, berbeda satu dari yang lain secara tajam. Riffat Hasan memastikan bahwa hadis-hadis penciptaan perempuan dari tulang rusuk laki-laki, pasti dipengaruhi riwayat dari orang-orang Yahudi. Atau apa yang disebut sebagai israiliyyat. Ide ini, seperti ditulis Rasyid Ridha dalam tafsir al-Manarnya, timbul dari apa yang termaktub dalam Perjanjian Lama (Kejadian II: 21-22) yang mengatakan bahwa ketika Adam tidur lelap, maka diambil oleh Allah sebilah tulang rusuknya, lalu ditutupkan pula tempat itu dengan daging. Maka dari tulang yang telah dikeluarkan dari Adam itu, dibuat oleh Tuhan seorang perempuan.

Apa yang ditulis oleh Rasyid Ridha diatas hanyalah sebagian dari kemungkinan bukti masuknya Israiliat dalam kajian ke-Islaman. Disisi lain masih banyak studi komparasi teks model ini seperti apa yang coba di komparasikan oleh Faqihuddin Abdul Kodir. Dalam tulisannya ia mencoba memaparkan teks-teks ke-Islaman dengan teks-teks dari sumber lain. Sebagai sampel, penulis cantumkan dibawah ini secara singkat saja:

1. Dari Abi Hazim dari Abu Hurairah, berkata Rasulullah saw., “Aku wasiatkan kalian untuk berbuat-baik terhadap perempuan karena sesungguhnya perempuan diciptakan dari tulang rusuk dan sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya. Jika engkau meluruskannya, engkau akan mematahkannya; dan jika engkau meninggalkannya, dia akan tetap bengkok. Oleh karena itu, berwasiat baiklah pada perempuan”.(Riwayat: Bukhari).

2. Dari A'raj dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah saw. berkata, “Perempuan itu bagaikan tulang rusuk, jika engkau mencoba meluruskannnya, engkau akan mematahkannya. Jadi, jika engkau ingin mendapatkan keuntungan darinya, ambillah kenikmatan padanya dan kebengkokan tetap padanya”.(Riwayat: Bukhari).

3. Dari Abi Hazim dari Abu Hurairah, Nabi saw. berkata, “Barang siapa yang percaya kepada Allah swt. dan hari kiamat, jangan menyakiti tetangganya dan berbuat baiklah kepada perempuan. Sesungguhnya, mereka diciptakan dari tulang rusuk, sesuatu bagian tulang yang paling bengkok. Jika engkau ingin meluruskannya, ia akan retak, dan jika engkau membiarkannya, ia tetap bengkok, oleh sebab itu, berwasiat baiklah kepada perempuan”.(Riwayat: Bukhari).

4. Dari Ibn Musayyab dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. Bersabda, “Perempuan itu bagaikan tulang rusuk, jika engkau berusaha meluruskannya, engkau mematahkannya dan apabila engkau membiarkannya, engkau akan memperoleh keuntungan (kesenangan) darinya, dan dalam dirinya tetap masih ada kebengkokan”.(Riwayat: Muslim).

5. Dari A'raj dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. Bersabda, “Sesungguhnya perempuan itu telah diciptakan dari tulang rusuk dan engkau tidak akan bisa meluruskannya pada satu jalan. Jika engkau ingin mengambil keuntungan darinya, ambillah keuntungan padanya dan padanya masih tetap ada kebengkokan. Dan jika engkau berusaha untuk meluruskannya, engkau akan memecahkannya (meretakkannya), dan meretakkannya berarti menceraikannya”. (Riwayat: Muslim).

6. Dari Abi Hazim dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. Bersabda, “Orang yang percaya kepada Allah dan hari akhir, jika orang itu menyaksikan beberapa persoalan, orang tersebut harus mengatakannya dengan istilah yang baik atau hati-hatilah. Berwasiatlah dengan baik terhadap perempuan sebab perempuan diciptakan dari tulang rusuk, dan bagian yang paling bengkok adalah bagian yang paling atas. Jika engkau berusaha meluruskannya, engkau akan meretakkannya, dan jika engkau membiarkannya, kebengkokannya akan tetap. Oleh karena itu, berwasiat baiklah terhadap perempuan”.(Riwayat Muslim).

Pendekatan inter-tekstualitas ini, biasanya juga diperkuat dengan pendekatan sejarah dengan melihat latar belakang perawi para sahabat, dan latar kehidupan sosial politik dan peradaban pada masa perkembangan teks-teks hadis tersebut. Dengan studi antar teks, ide penciptaan perempuan dari tulang rusuk sebenarnya bisa ditolak. Pertama, karena satu teks dengan teks yang lain bertentangan. Kedua, karena tidak sejalan dengan pernyataan Alquran (QS, 4: 1)


Ketiga karena ide tersebut hanya cocok dengan pernyataan dalam Kitab Kejadian dari al-Kitab. Yaitu teks berikut: “Lalu Tuhan Allah membuat manusia tidur nyenyak; ketika tidur Tuhan Allah mengambil tulang rusuknya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia”. (Kitab Kejadian, pasal 21-22).

Artinya, ide penciptaan perempuan dari tulang rusuk kemungkinan besar adalah bukan ide dari sumber-sumber Islam, tetapi dari sumber sebelumnya (israiliyyat), yang mungkin mempengaruhi para periwayat hadis. Karena itu, ide penciptaan dari tulang rusuk sebagaimana disebut dalam sebagian teks hadis, adalah tidak valid. Dengan demikian, teks Hadispun dianggap tidak Valid, atau tidak Sahih secara matan Hadis, bukan secara sanad.

Lebih lanjut Nurjannah Ismail, seorang ulama perempuan dari Aceh ini menyatakan: “Pesan utama dari hadis itu, agar para suami memperlakukan istrinya dengan baik, memperbaiki kekeliruan atau kesalahan istri dengan lembut dan bijaksana, dan jangan pula dibiarkan saja istri bersalah”. 

Nabi memanfaatkan penciptaan perempuan dari tulang rusuk yang bengkok untuk menjelaskan bahwa betapa laki-laki harus hati-hati dan bijaksana meluruskan kesalahan-kesalahan perempuan. Karena meluruskan kesalahan perempuan ibarat meluruskan tulang yang bengkok, kalau tidak hati-hati bisa menyebabkan tulang itu patah. 

Pada kesempatan lain, Nabi juga mengingatkan para suami untuk tidak berprilaku negatif terhadap istri, seperti menampar muka istri, menjelek-jelekkan istri, mengucilkan istri dari pergaulan di luar rumah, menceritakan rahasia istri kepada orang lain, kikir dalam memberi nafkah, dan lain-lain.

Menurutnya, jika pemaknaan Hadisnya seperti ini, maka tentu itu tidak bertentangan dengan ayat an-Nisa (4: 1) dan justru sejalan dengan perintah-perintah Islam yang lain. Baik yang ada pada Alquran, maupun pada teks-teks hadis. Seperti ayat wa 'asyiruhunna bil-ma'ruf (dan berbuat baiklah kamu kepada perempuan/istri), QS, an-Nisa, 4: 19 dan ayat ath-Thalaq, 65: 6, yaitu wa'tamiru bainakum bil-ma'ruf (dan musyawarahkanlah di antara kalian suami istri tentang segala sesuatu dengan cara baik). 

Salah satu teks hadis yang sejalan dengan pemaknaan di atas adalah teks hadis Imam at-Turmudzi: “akmalul mu'minina imanan ahsanuhum khuluqan, wa khiyarukum, khiyarukum li-nisa'ihim/ sebaik-baik orang-orang mukmin adalah mereka yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik kamu adalah mereka yang berbuat baik pada istrinya”.

Memang menarik untuk diperhatikan “Dari tulang rusuk”, Kata min (dari) dalam bahasa Arab kadangkala bermakna sebagian dari sesuatu dan kadangkala bermakna penjelasan, artinya dari jenis sesuatu. Karena itu, karena Rasul saw. tidak membatasi persoalan tersebut dengan tegas, maka hadis ini menjadi mengandung sejumlah makna dan pengertian, tergantung bagaimana kita menafsirkannya. Munculnya diskriminasi dalam penafsiran mungkin (sebagaimana yang banyak digemborkan oleh kaum feminism) itu karena sangat sedikitnya kaum perempuan yang menjadi ahli tentang kitab suci (Mufasir). 

Sebagai penutup sekaligus renungan pemaknaan terhadap suatu teks, penulis coba mencantumkan beberapa tawaran pemaknaan terhadap kasus penciptaan perempuan dari tulang rusuk yang mungkin ini sudah sering kita dengar. Sebuah puisi menarik (yang entah karangan siapa) bunyinya seperti ini:

HAKIKAT: AWAL PENCIPTAAN WANITA

Wanita Diciptakan
Tidak Dari Kepala Pria
Karena Bukan Untuk Menjadi Atasan-Nya
Tidak Pula Dari Kaki Pria
Karena Bukan Untuk Menjadi Bawahan-Nya
Melainkan Dari Rusuk Pria
Dekat Dengan Tangan-Nya Untuk Dilindungi-Nya
Dekat Dengan Hati-Nya Untuk Dicintai Dan Disayangi-Nya
Berada Di Sisi-Nya Untuk Saling Mengisi
Berada Di Samping-Nya Untuk Saling Memberi
Berada Di Sebelah-Nya Untuk Saling Menghargai Dan Menghormati

Ada sebuah pendapat menarik (dari beberapa hasil clotehan penulis dengan kawan-kawan) bahwa bila dilihat dari persepsi terciptanya isteri dari tulang rusuk suami, maka tidak ada kemungkinan seorang laki-laki beristeri lebih dari satu. Tapi nyatanya Allah swt. telah memberi peluang bagi orang laki-laki untuk memiliki isteri lebih dari satu dengan catatan tidak boleh lebih dari empat orang wanita. Dari sinilah timbul pertanyaan, benarkah isteri terbentuk dari tulang rusuk laki-laki? Berapa tulang rusuk yang harus diambil dari orang laki-laki bila mempunyai empat orang isteri?


Wallahua’lam………..

DAFTAR PUSTAKA
Mernissi, Fatima. Pemikiran Islam kontempoler: Menggugat keadilan gender. Jendela, Yogyakarta 2003.
Ismail, Nurjannah. Perempuan dalam Pasungan
http//rahima.or.id.
Thabataba’i, Muhammad Husein, Tafsir al-Mizan
Baidan, Nashruddin. Tafsir bi al-Ra’yi; upaya penggalian konsep wanita dalam al-Qur’an. Pustaka pelajar 1999
Katsir, Ibnu. Tafsir, Bairut, Dar al-Fikr, 1992
Mustaqim, Abdul. Paradigma Tafsir Feminis. Logung Pustaka, Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label