Jumat, 18 November 2011

Media dan Pengaruhnya Terhadap Gerak Perubahan Masyarakat. Sebuah Pengantar I

Revolusi Mesir: Bukan Oleh Tohoh Semata
Jauh Diluar Perkiraan Justru
Media (Jejaring sosial di Internet)
yang Paling Berperan Untuk Mengkoordinir Masya.
Media masa yang berkembang sangat pesat akhir-akhir ini menimbulkan pengaruh yang luar biasa, media sebagai salah satu tanda modernitas seakan mempercepat setiap gerak perubahan. Lihat saja sebagai kasus lengsernya Hosni Mubarok (Pimpinan Mesir) yang dipaksa turun oleh rakyatnya. Gelombang demonstrasi besar-besaran dunia Timur yang hampir tidak pernah diperkirakan terjadi bagai sebuah tendangan langsung. Konsolidasi via internet yang mampu menggerakkan jutaan warga Mesir adalah bukti nyata betapa ampuhnya media. Sementara itu pemerintah juga menggunakan media untuk memonopoli situasi, pers seolah diatur oleh kuasa pemerintahan. 

Itu hanya sebagian contoh kecil pengaruh media bagi manusia. Media memang sudah masuk ke hampir seluruh ruang dunia dan membawa pengaruh-pengaruhnya bagi manusia yang terkena cakupannya. Bukan hanya diluar negri, gerak media masa juga membawa pengaruh yang sangat dalam bagi masyarakat Indonesia yang majemuk.

Lebih jauh, perubahan yang diakibatkan oleh media dalam kaitan dengan masyarakat Indonesia yang plural merupakan persoalan yang menjadi kunci pembahasan ini. Media massa dipandang punya kedudukan strategis untuk melakukan perubahan dalam masyarakat. Dengan begitu media massa merupakan instrumen fungsi pragmatis dari pihak di luar media massa ataupun bagi pemilik media massa sendiri dalam menghadapi masyarakat. Pada sisi lain, keberadaan media massa dilihat dari sifat materinya yang terdiri atas fakta dan fiksi.

Media Masa Sebagai Tanda Dunia Moderen Telah Masuk ke Seluruh Pelosok Keluarga.
Kedua macam materi ini selain memiliki perbedaan dalam hal sumbernya, juga memiliki konteks kemanfaatan yang berbeda bagi penerimanya. Materi faktual membawa penerimanya kepada alam interaksi sosial yang bersifat empiris dan obyektif, sementara materi fiksional ke alam psikologis yang sifatnya subyektif. Secara sederhana dapat disebut bahwa yang pertama mengajak orang untuk ke dunia luar, untuk terlibat pada alam sosial.

Secara akademik, keberadaan media massa dan  masyarakat perlu dilihat secara bertimbal balik. Untuk itu biasa digunakan landasan konseptual, setidaknya ada dua pandangan yaitu apakah media membentuk (moulder) atau mempengaruhi masyarakat, ataukah sebaliknya sebagai cermin (mirror) atau dipengaruhi oleh realitas masyarakat. Dalam bahasa sederhana, apakah media massa menjadi penyebab rusaknya masyarakat, ataukah media massa hanyalah mencerminkan  wajah codet masyarakat? Dua landasan ini menjadi titik tolak dari bangunan epistemogis dalam kajian media, yang mencakup ranah pengetahuan mengenai hubungan antara masyarakat nyata (real) dengan media, antara media dengan masyarakat cyber, dan antara masyarakat real dengan masyarakat cyber secara bertimbal-balik.  

Pandangan pertama, bahwa media membentuk masyarakat bertolak dari landasan bersifat pragmatis sosial dengan  teori stimulus – respons dalam behaviorisme. Teori media dalam landasan positivisme ini pun tidak bersifat mutlak, varian pengaruh media massa terdiri atas 3 varian, pertama: menimbulkan peniruan langsung (copycat), kedua: menyebabkan ketumpulan terhadap norma (desensitisation), dan ketiga: terbebas dari tekanan psikis (catharsis) bagi khalayak media massa. Selain itu dikenal pula kerangka konseptual  tentang keberadaan media massa dengan landasan bersifat kultural, melalui perspektif kritis yang melihat pengaruh media adalah dalam menyampaikan dan memelihara dominasi ideologi borjuis, membentuk dan memelihara ideologi dominan atau nilai arus utama (mainstream) dalam masyarakat.  

Pandangan kedua menempatkan media sebagai teks yang merepresentasikan makna, baik makna yang berasal dari realitas empiris maupun yang diciptakan oleh media. Dengan demikian realitas media dipandang sebagai bentukan makna yang berasal dari masyarakat, baik karena bersifat imperatif dari faktor-faktor yang berasal dari masyarakat, maupun berasal dari orientasi kultural pelaku media. Dari sini media dilihat pada satu sisi sebagai instrumen dari kekuasaan (ekonomi dan/atau politik) dengan memproduksi budaya dominan untuk pengendalian (dominasi dan hegemoni) masyarakat, dan pada sisi lain dilihat sebagai institusi yang memiliki otonomi dan independensi dalam memproduksi budaya dalam masyarakat.   

Pandangan lain dengan determinasi teknologi, keberadaan media komunikasi massa dilihat  sebagai fenomena yang dibentuk oleh perkembangan masyarakat. Teknologi mengubah konfigurasi masyarakat, mulai dari masyarakat agraris, industrial sampai ke masyarakat informasi. Dalam perubahan tersebut teknologi komunikasi berkembang sebagai upaya manusia untuk mengisi pola-pola hubungan dalam setiap konfigurasi baru. 

Bersambung.......... 

2 komentar:

Label